... sambungan kisah sebuah pengharapan yang tertinggal...
- Kita mengharap kepada keadaan. Adakah keadaan mampu membantu kita, lantas ia menjadikan kita berserah kepada nasib semata-mata tanpa perlu berusaha. Sama seperti tawakkal, setlah berusaha sehabis ikhtiar dan daya upaya maka nasih mana yang menyebelahi kita, kita akan terima dan reda. Namun adakah kita sepanjang masa bergantung kepada nasib yang baik... bagaimana sebaliknya?
- Mengharap kepada alam dan suasana. Bagaimana harus kita menyerahkan harapa kepada alam dan suasana .... tidak terduga dek akal...
- Semua pengharapan itu andai bergabung akan kembali ke bahu kita. Kerana kita tidak mampu "berdiri di atas bahu gergasi" yang begitu tinggi lantas menjadikan kita gayat dengan ketinggian itu. Kita juga tidak mampu menyaksikan harapan itu berlalu pergi tanpa kembali lagi.
- Bukankah lebih kita kita terus berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan kefahaman tentang tugas dan tanggungjawab serta bersedia untuk dikritik dan ditegur. Daripada teguran itulah kita belajar dan mampu berdiri sendiri. Dan, janganlah kerana takutkan teguran lantas menjadikan kita tidak berusaha dan menyalahkan semua yang ada di sekeliling kita... kononnya 'orang itu/orang lain' tidak boleh harap . Bukankah harapan itu ada juga pada kita?...
layanzzzzzzzz
Memang tak salah orang lain, semuanya salah diri sendiri....salah saya latu.
BalasPadamto cikgu RI,
BalasPadamapa salahnya kalau masih mengharap... tak der yang sudi kan?